100 tahun telah berlalu sejak kelahiran salah satu bintang sinema Hollywood yang paling kontroversial dan sulit dipahami. Untuk merayakan sosok mempesona Marlon Brando – Don Vito Corleone ne Ayah baptis dan Kolonel Kurtz terkutuk itu masuk Kiamat Sekarang, di antara banyak penampilannya di layar lebar -, La Nave di Teseo menerbitkan otobiografi aktor tersebut, yang ditulis bersama jurnalis Amerika Robert Lindsey, diterjemahkan oleh Annabella Caminiti dan dengan kata pengantar oleh Giulio Base. Volume – Lagu yang diajarkan ibuku kepadaku – ditawarkan dengan lampiran foto setebal 64 halaman: akan tersedia di toko buku mulai Jumat 29 Maret.
“Saya selalu menganggap hidup saya sebagai masalah pribadi, yang seharusnya tidak menarik minat siapa pun kecuali keluarga saya dan orang-orang yang saya cintai – tulis Brando dalam volume tersebut -. Dengan pengecualian beberapa masalah moral dan politik yang mendorong saya untuk mengambil posisi, sepanjang hidupku aku berusaha untuk tetap diam. Sekarang aku memutuskan untuk menceritakan hidupku untuk memisahkan kebenaran dari semua legenda yang diciptakan tentang aku, karena ini adalah nasib siapa pun yang tersapu oleh pusaran selebriti yang menyimpang.”
Marlon Brando, mitos terakhir sinema, aktor yang lebih dari siapa pun mengubah cara aktingnya di depan kamera, menceritakan kisah hidupnya, melalui halaman-halaman yang garang dan tulus: dari kenangan masa kecil yang menyentuh hingga komitmennya sebagai seorang aktivis yang mengejutkan kaum Puritan Amerika, mulai dari hubungan yang berapi-api dan tidak menentu dengan perempuan hingga bentrokan dengan studio-studio Hollywood, hingga impian akan surga yang tidak terkontaminasi di atol Polinesia.
Marlon Brando
Marlon Brando (1924-2004), salah satu aktor terhebat dalam sejarah perfilman, membintangi lebih dari empat puluh film sepanjang lima puluh tahun karirnya. Nominasi Oscar delapan kali, ia dianugerahi Aktor Terbaik pada tahun 1955 untuk Bagian depan pelabuhan dan pada tahun 1973 untuk Ayah baptis. Majalah “Time” memasukkannya ke dalam 100 tokoh paling berpengaruh di abad ke-20.
Penutup
Dawud, pendiri visioner Babel Pos, menggabungkan passionnya terhadap media dengan latar belakang pendidikannya dalam bidang jurnalisme untuk menciptakan media berita yang inovatif. Ketiadaan intelektualitas dan kreativitas yang tak terbatasnya telah membentuk Babel Pos menjadi sumber informasi yang dapat dipercaya dan menghibur, dengan menghargai pikiran terbuka dan keragaman.
