Netanyahu berupaya menekan kaum Yahudi ultra-Ortodoks untuk bergabung dalam militer…

Dawud

Netanyahu berupaya menekan kaum Yahudi ultra-Ortodoks untuk bergabung dalam militer…

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Rabu mendorong undang-undang tersebut untuk mencapai konsensus luas, menurut pernyataan dari kantornya. Staf lembaga keamanan telah meninjau RUU tersebut dan mengatakan bahwa RUU tersebut akan diserahkan ke Komite Kementerian Legislasi pada hari Kamis. Undang-undang tersebut akan menghapus pengecualian bagi orang Yahudi ultra-Ortodoks dari wajib militer Israel.

Bukankah Netanyahu sudah mencoba untuk meloloskan undang-undang ini? Pada tahun 2022, Benny Gantz, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan Israel, pertama kali mengusulkan RUU tersebut dan lolos melalui pemungutan suara awal. RUU yang saat ini didorong oleh perdana menteri tersebut identik dengan versi sebelumnya, menurut kantor Netanyahu. Netanyahu meminta semua faksi di Knesset, atau parlemen Israel, yang awalnya mendukung usulan tersebut untuk mendukungnya lagi.

Bagaimana keadaan pengecualian dinas militer ultra-Ortodoks saat ini? Mahkamah Agung Israel memutuskan pada tahun 1998 bahwa pengecualian wajib militer bagi orang Yahudi ultra-Ortodoks adalah tidak sah. Pengadilan memerintahkan pemerintah Israel untuk mengeluarkan undang-undang yang mengharuskan mereka untuk bertugas di militer. Pemerintah Israel terus-menerus meminta perpanjangan waktu untuk memenuhi perintah pengadilan dan belum mengeluarkan undang-undang yang sesuai dengan hal tersebut. Sementara itu, kaum Yahudi Ultra-Ortodoks mampu menghindari wajib militer saat bersekolah di sekolah agama. Namun pada bulan Maret, pengadilan tinggi Israel memerintahkan diakhirinya subsidi pemerintah untuk sekolah-sekolah tersebut.

Apakah dukungan terhadap undang-undang tersebut berubah dalam dua tahun terakhir? Gantz, yang awalnya mengusulkan undang-undang tersebut pada tahun 2022, tidak lagi mendukungnya, menurut sebuah laporan oleh Orang Dalam Yahudi. Pada bulan Maret, anggota Knesset Yahudi Ultra-Ortodoks Moshe Gafni dikritik keputusan Mahkamah Agung Israel untuk menghilangkan subsidi pemerintah untuk sekolah agama, dengan mengatakan bahwa hal itu merugikan semua orang dalam komunitas agamanya, menurut terjemahan. Para tetua Taurat akan memutuskan bagaimana dia dan orang-orang Yahudi ultra-Ortodoks lainnya akan menanggapi keputusan tersebut secara politis, katanya. Rekan pemimpin politik ultra-Ortodoks Ariye Deri juga memilikinya dikritik keputusan pengadilan, yang mengatakan bahwa hal ini menciptakan perang di dalam negeri pada saat yang sama ketika Israel menghadapi perang melawan lawan-lawan eksternal.

Menggali lebih dalam: Dari arsip DUNIA, bacalah laporan Jenny Lind Schmitt tentang bagaimana Israel bergulat dengan ketegangan antara identitas historis Yahudi dan sekularisasi yang sedang berlangsung.