Departemen Kehakiman AS pada hari Kamis mendakwa tiga warga negara Iran melakukan peretasan terhadap kampanye kepresidenan mantan Presiden Donald Trump. Masoud Jalili, Yasar Balaghi, dan Seyyed Ali Aghamiri mencuri identitas, terlibat dalam penipuan kawat, dan secara material mendukung organisasi teroris asing, kata DOJ. Mulai tahun 2020, ketiga pria tersebut berpartisipasi dalam kampanye peretasan yang didukung oleh militer Iran yang menargetkan lembaga pemerintah AS, organisasi non-pemerintah, dan kampanye kepresidenan sejak tahun 2020, demikian dugaan departemen tersebut. Para pria tersebut tidak ditahan.
Dimana para hackernya? DOJ pada hari Jumat mengatakan pihaknya menawarkan hingga $10 juta sebagai hadiah untuk informasi tentang aktivitas atau lokasi ketiga pria tersebut. Departemen ini juga menawarkan hadiah uang untuk informasi yang membantu mengganggu kampanye peretasan asing lainnya seperti yang dilakukan oleh para pria tersebut.
Apa sebenarnya yang terjadi dengan kampanye Trump? Awal tahun ini, para peretas Iran berhasil mengakses akun yang terkait dengan kampanye Trump, demikian dugaan DOJ. Akhirnya, Microsoft, Google, dan badan intelijen AS mengonfirmasi bahwa serangan peretasan itu memang terjadi. Sementara itu, Iran membantah melakukan kesalahan. Para peretas menembus fitur keamanan pada akun yang terkait dengan kampanye tersebut menggunakan teknik spearphishing yang canggih. Mirip dengan penipuan phishing yang mengelabui konsumen kelompok agar membocorkan informasi pribadi, serangan spearphishing disesuaikan dengan target tertentu.
Para peretas menggunakan akun yang dirancang agar terlihat seperti berasal dari pejabat asli dan mantan pejabat pemerintah AS untuk mengirim email ke staf kampanye Trump, kata DOJ. Email-email tersebut berisi tautan yang, ketika dibuka, memungkinkan para peretas membuka akun yang mereka targetkan. Mereka kemudian mengirim email dari akun yang disusupi ke akun lain, sehingga melanggengkan skema spearphishing.
Gali lebih dalam: Dengarkan laporan Mary Muncy di Dunia dan Segala Isinya podcast tentang kekhawatiran bahwa negara lain seperti Tiongkok dan Rusia dapat mencoba mengganggu pemilu AS.