Mengasuh anak telah lama menjadi perlombaan yang sunyi; sebuah kompetisi untuk membesarkan anak yang paling cerdas, berperilaku terbaik, dan paling berbakat. Sebagai anak-anak, kita tidak pernah menyadarinya. Namun sekarang, ketika kita sudah dewasa dan mulai menjadi orang tua, kita mulai melihat beban dari tekanan yang tidak terucapkan tersebut. Tekanan dalam membesarkan anak yang berpengetahuan luas sering kali menimbulkan rasa bersalah, stres, dan kelelahan.
Anda melihat orang tua lain mengatur teman bermain, mengadakan pesta ulang tahun yang mewah, atau merayakan setiap pencapaian kecil. Lalu ada tekanan untuk memilih sekolah terbaik, hanya menyajikan makanan organik, dan melakukan semuanya dengan senyuman di media sosial.
Apa yang awalnya merupakan perjalanan yang menyenangkan dengan cepat berubah menjadi kelelahan emosional, mental, dan fisik, seringkali membuat Anda kesal. Dan dalam prosesnya, yang paling menderita adalah ikatan antara Anda dan anak Anda. Ketika Anda terlalu fokus untuk membuat segala sesuatunya sempurna, Anda kehilangan esensi dari mengasuh anak itu sendiri.
Itu sebabnya semakin banyak orang tua muda saat ini yang beralih ke pola asuh yang penuh perhatian, sebuah pendekatan yang menggantikan tekanan dengan kehadiran, dan kesempurnaan dengan koneksi.
Jadi, apa itu?
Seperti namanya, pola asuh mindful berasal dari gagasan mindfulness, hadir pada saat ini dan menyadari perasaan Anda tanpa menghakiminya.
Dr Divya Shree KR, konsultan, psikiatri, Rumah Sakit Aster CMI, Bengaluru, menceritakan India Hari Ini“Mengasuh anak dengan penuh perhatian berarti hadir dan sadar sepenuhnya saat berinteraksi dengan anak Anda, tanpa menghakimi atau mengalihkan perhatian. Hal ini membantu orang tua merespons dengan tenang alih-alih bereaksi dengan kemarahan atau stres.”
Menurut dokter, pendekatan ini mengajarkan orang tua untuk mendengarkan dengan cermat, memahami perasaan anak, dan menangani tantangan dengan sabar.
Lebih lanjut, Mimansa Singh Tanwar, psikolog klinis, Fortis Healthcare, Gurugram, menambahkan, “Ini juga melibatkan pengembangan kesadaran diri dan pengaturan diri sebagai orang tua; mengendalikan emosi, menghindari dorongan untuk segera berteriak atau bereaksi, dan tetap sadar akan perasaan Anda dalam suatu situasi. Kesadaran ini membantu orang tua menjaga keseimbangan emosional saat menghadapi tantangan anak-anak mereka.”
Inilah sebabnya semakin banyak orang tua yang beralih ke pola asuh yang penuh perhatian, karena hal ini membantu menciptakan ikatan emosional yang lebih kuat, mengurangi konflik, dan meningkatkan komunikasi di rumah.
Di dunia yang serba cepat dan sering kali menimbulkan stres, pendekatan ini memungkinkan orang tua dan anak-anak untuk tetap tenang, terhubung, dan memiliki dasar emosi. Hal ini membantu anak-anak merasa lebih aman, percaya diri, dan dipahami sekaligus mendorong lingkungan rumah yang dibangun berdasarkan empati, cinta, dan rasa hormat.
Hasilnya? Kehidupan keluarga yang lebih damai dan seimbang.
Apakah ini berarti pola asuh tradisional gagal?
Dr Shree menyebutkan bahwa gaya pengasuhan tradisional gagal dalam keluarga modern karena dunia saat ini dan anak-anak sangat berbeda dari masa lalu.
“Sebelumnya, disiplin dan kepatuhan yang ketat berhasil ketika kehidupan lebih sederhana dan gangguan pada anak lebih sedikit. Namun sekarang, anak-anak lebih sadar, mandiri, dan dipengaruhi oleh teknologi dan media sosial. Mereka membutuhkan pengertian, dukungan emosional, dan komunikasi terbuka, bukan sekadar aturan dan hukuman.”
Keluarga kini juga menghadapi lebih banyak stres, jadwal sibuk, dan perubahan peran orang tua. Jadi, jika pendekatan yang diambil bersifat otoritatif atau kaku, sering kali hal itu menimbulkan konflik, kecemasan, atau pemberontakan.
Tidak heran orang tua saat ini beralih ke pendekatan yang lebih fleksibel, empati, dan penuh perhatian yang berfokus pada kepercayaan, rasa hormat, dan koneksi, bukan kontrol.
Di sisi lain, Tanwar merasa pola asuh tradisional tidak gagal. “Hal yang penting untuk dipahami adalah bahwa orang tua sering kali menggunakan gaya yang berbeda-beda, dan masing-masing orang tua menggunakan kepribadiannya masing-masing dalam pendekatannya. Namun, seiring dengan perubahan zaman, kita perlu mengadaptasi dan memodifikasi gaya ini. Pergeseran ini mendorong komunikasi dan pemahaman yang lebih baik antara orang tua dan anak,” ujarnya.
Menulis ulang pola asuh orang tua
Mindfulness mengubah cara orang menjadi orang tua dengan membantu mereka mengelola stres, menjaga keseimbangan emosional, dan membangun hubungan keluarga yang lebih kuat.
“Ketika orang tua melatih mindfulness, mereka menjadi lebih sadar akan pikiran dan emosi mereka, yang membantu mereka tetap tenang selama masa-masa sulit. Hal ini mengurangi teriakan, kemarahan, dan rasa bersalah. Mindfulness juga mengajarkan orang tua untuk mendengarkan dan merespons dengan sabar dibandingkan bereaksi dengan cepat,” jelas Dr Shree.
Hasilnya, anak merasa lebih dicintai, dihormati, dan aman mengungkapkan perasaannya. Keluarga yang mempraktikkan mindfulness sering kali mengalami lebih sedikit konflik dan pemahaman yang lebih besar.
Mengambil jeda itu penting
Perhatian penuh mendorong orang tua untuk berhenti sejenak sebelum bereaksi, sebuah kebiasaan kecil namun ampuh yang membuat perbedaan besar. Ketika seorang anak berperilaku buruk atau situasi menjadi tegang, orang tua sering kali merespons dengan marah atau frustrasi.
Meluangkan waktu sejenak untuk bernapas, menurut Dr Shree, membantu mereka tenang, memahami emosi, dan merespons dengan lebih bijaksana. Jeda ini menciptakan ruang untuk kesabaran dan kebaikan, bukannya membentak atau menghukum.
Hal ini juga mengajarkan anak bahwa tidak apa-apa untuk berhenti, bernapas, dan mengelola emosi dengan cara yang sehat.
Pengaturan emosi adalah bagian penting dari kewaspadaan, lanjut Tanwar. Dalam kehidupan kita yang serba cepat, di mana kita terus-menerus memikul tanggung jawab, sangatlah penting untuk memperlambat kecepatan secara sadar. Hal ini membantu kita mendekati interaksi sehari-hari, baik dalam hubungan atau mengasuh anak, dengan lebih banyak perhatian.
Bagaimana pola asuh yang penuh perhatian bekerja dalam kehidupan nyata
Dr Shree mengatakan kepada kita, “Mengasuh anak secara mindful dalam kehidupan nyata berarti hadir sepenuhnya bersama anak Anda, mendengarkan dengan cermat, memahami perasaan mereka, dan merespons dengan tenang alih-alih bereaksi dalam kemarahan. Hal ini seperti meletakkan ponsel saat waktu bersama keluarga, berbicara dengan sabar, dan menunjukkan empati saat anak sedang kesal.”
Orang tua yang mempraktikkan mindfulness mencoba membimbing, bukan mengendalikan, anak-anak mereka. Pendekatan ini membantu anak-anak merasa dilihat, didengar, dan dihargai. Hasilnya, hal ini mengurangi kecemasan mereka, membangun kepercayaan diri, dan meningkatkan kekuatan emosional.
Anak-anak belajar mengekspresikan emosinya dengan lebih baik dan menangani stres dengan tenang. Pola asuh yang penuh perhatian menciptakan lingkungan yang aman dan penuh kasih sayang yang mendukung kesehatan mental yang baik dan memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak. Pola asuh yang penuh perhatian membentuk masa depan dengan membesarkan anak-anak yang kuat secara emosional, baik hati, dan percaya diri.
Pendekatan ini juga mengajarkan pemecahan masalah, keseimbangan emosional, dan pengendalian diri, keterampilan hidup yang penting. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan seperti itu cenderung menjadi orang dewasa yang penuh perhatian dan pasangan yang lebih baik.
Melakukannya dengan benar
Untuk mendapatkan pola asuh mindful yang benar, orang tua perlu memperlambat dan hadir sepenuhnya bersama anak-anak mereka. Artinya mendengarkan dengan cermat, memahami emosi, dan merespons dengan sabar alih-alih bereaksi dengan cepat.
Mengambil napas dalam-dalam atau jeda singkat pada saat-saat stres membantu orang tua tetap tenang. Mempraktikkan empati dan kebaikan, bahkan ketika anak-anak berperilaku buruk, akan memperkuat kepercayaan.
Menghabiskan waktu berkualitas tanpa telepon atau gangguan juga membangun koneksi. Orang tua harus menerima bahwa kesalahan akan terjadi dan fokus pada pembelajaran, bukan kesempurnaan.
Latihan mindfulness yang teratur seperti meditasi, penjurnalan, atau pernapasan mindful dapat meningkatkan kesadaran dan kendali. Seiring berjalannya waktu, langkah-langkah kecil ini menjadikan pengasuhan anak menjadi lebih damai, positif, dan mendukung secara emosional bagi orang tua dan anak-anak.
Tanwar menambahkan bahwa beberapa kesalahan umum yang dilakukan orang tua antara lain langsung berasumsi bahwa mereka mengetahui kesalahan yang dilakukan anak, terlalu cepat memberikan solusi, merasa kesal saat anak tidak memahaminya, atau membiarkan emosi sendiri ikut campur.
Cara lainnya adalah melihat anak hanya melalui pola perilakunya di masa lalu, bukan memahami apa yang mungkin dia rasakan atau apa yang memicu emosi tertentu. Kebiasaan-kebiasaan ini dapat menghalangi pola asuh yang penuh perhatian.
Membawa pergi
Ide utama dari pola asuh yang penuh perhatian adalah dengan hadir. Saat Anda bersama anak Anda, pastikan mereka merasakan perhatian Anda, bahwa Anda benar-benar mendengarkan, berbicara, dan menikmati momen bersama. Baik Anda sedang bermain atau mengobrol, cobalah untuk tidak terganggu oleh panggilan atau notifikasi. Fokus saja pada saat itu bersama mereka. Momen-momen inilah yang membangun ikatan yang lebih kuat.
Ketika Anda melambat dan tetap sadar, Anda mulai lebih menikmati momen-momen kecil dalam hidup, dan di situlah keajaiban pola asuh yang penuh perhatian benar-benar terlihat.
– Berakhir






