Loofah Anda adalah tempat berkembang biaknya kuman, tapi jangan dibuang begitu saja

Dawud

Anushka Sharma, Virat Kohli jet off from Mumbai.

Bagi banyak dari kita, mandi sehari-hari lebih dari sekadar ritual pembersihan—ini adalah bentuk perawatan diri yang membantu kita bersantai dan menghadapi tantangan hidup. Lewatlah sudah hari-hari sekadar menggosok dengan sabun; sekarang kita menikmati garam mandi, lulur, minyak, dan banyak lagi.

Salah satu bahan pokok dalam rutinitas mandi banyak orang adalah loofah. Ada sesuatu yang unik dan memuaskan saat menyabuni gel mandi favorit Anda dan mengolahnya menjadi busa yang kaya dan harum. Namun jika Anda pecinta loofah, berhati-hatilah, karena mungkin tidak hanya menyimpan aroma favorit Anda. Ini sebenarnya adalah tempat berkembang biak utama kuman.

Jadi, meskipun busanya yang lembut mungkin terasa menyegarkan, mungkin inilah saatnya memikirkan kembali cara Anda menggunakan (dan merawat) loofah Anda.

Apa pengaruh loofah pada kulit Anda

“Loofah adalah spons kasar berserat yang digunakan untuk mengelupas dan membersihkan kulit, sering kali terbuat dari serat tumbuhan alami atau bahan sintetis. Ini secara efektif menghilangkan sel-sel kulit mati, membantu menjadikan kulit lebih halus dan lembut,” Dr Mohna Chauhan, konsultan dermatologis di Rumah Sakit Prakash, NCR, menceritakan India Hari Ini.

Namun, menurut Dr Ruby Sachdev, konsultan – dokter estetika di Rumah Sakit Gleneagles, Bengaluru, ini tidak ideal untuk semua orang dan bukan pilihan terbaik untuk pengelupasan kulit secara teratur.

Tekstur loofah yang kasar justru dapat mengiritasi kulit dan bukannya mendukung kesehatannya, terutama bagi mereka yang memiliki pelindung kulit sensitif atau terganggu. Bagi sebagian besar jenis kulit, menggunakan loofah dua hingga tiga kali seminggu akan memberikan pengelupasan kulit yang cukup tanpa berlebihan.

Peringatan bahaya!

“Loofah dapat menampung bakteri, jamur, dan lumut karena strukturnya yang berpori, terutama di lingkungan yang lembap dan lembap seperti kamar mandi. Setelah digosok, loofah memerangkap sel kulit mati dan minyak, yang menjadi tempat berkembang biaknya bakteri jika tidak dibersihkan dan dikeringkan secara menyeluruh. ” jelas Dr Mikki Singh, direktur, Klinik dan Salon Bodycraft, Bengaluru.

Dr Singh mencatat bahwa dalam kondisi hangat dan lembab, bakteri dapat berkembang biak dengan cepat, sehingga menimbulkan risiko infeksi kulit, terutama jika loofah digunakan pada kulit yang rusak atau teriritasi.

Dr Chauhan menambahkan bahwa tekstur loofah menciptakan lingkungan yang ideal bagi bakteri seperti Pseudomonas, E. coli, dan Staphylococcus untuk berkembang biak, dan bakteri ini dapat dengan mudah berpindah ke kulit.

Gel mandi dan sabun juga dapat meninggalkan residu pada serat loofah, yang selanjutnya mendukung pertumbuhan bakteri. Dan, karena orang tidak sering membersihkan dan mengeringkan loofah setelah digunakan, hal ini meningkatkan risikonya.

Para ahli lebih lanjut menyebutkan bahwa kuman pada loofah dapat menyebabkan berbagai masalah kulit, termasuk ruam, kekeringan berlebihan, timbulnya jerawat, dan infeksi seperti bisul dan folikulitis. Penyakit ini juga dapat memperburuk kondisi kulit seperti eksim dan menyebabkan keratosis gesekan (penebalan kulit) atau, dalam kasus yang jarang terjadi, amiloidosis kulit, suatu kondisi akibat trauma berulang.

Sedangkan bagi penderita luka dan lecet, penggunaan loofah yang terkontaminasi meningkatkan risiko infeksi karena bakteri dapat masuk melalui kulit yang rusak.

Sebelum Anda loofah

Dr Sachdev menyarankan jika Anda memilih menggunakan loofah, gantilah setiap 2-4 minggu untuk mengurangi risiko penumpukan bakteri. Loofah alami, khususnya, memerlukan penggantian lebih sering karena teksturnya yang berpori. Loofah sintetis sedikit lebih tahan terhadap bakteri namun tetap harus diganti secara rutin untuk memastikan kesehatan kulit yang optimal.

“Membersihkan loofah secara teratur dengan merendamnya dalam pemutih encer atau bahan sintetis yang dipanaskan dalam microwave selama 20 detik dapat membantu mengurangi penumpukan bakteri,” tambah Dr Singh.

Berikut beberapa tip untuk diikuti:

  • Bilas dan keringkan loofah sepenuhnya setelah digunakan, simpan di tempat sejuk dan kering untuk mengurangi pertumbuhan bakteri.
  • Disinfeksi loofah setiap minggu dengan merendamnya dalam larutan pemutih ringan atau sabun antibakteri.
  • Hindari penggunaan loofah pada kulit halus atau luka terbuka, karena dapat memperparah iritasi atau infeksi.
  • Batasi penggunaan hingga 2-3 kali seminggu untuk menghindari pengelupasan kulit yang berlebihan.
  • Selalu gunakan pelembab setelah menggunakan loofah untuk menjaga hidrasi kulit.

Ketahui alternatif Anda

Untuk pilihan pengelupasan kulit yang lebih aman, pertimbangkan waslap lembut yang mudah dibersihkan dan sering diganti, atau scrubber silikon yang tahan terhadap penumpukan bakteri dan lebih mudah dibersihkan. Anda juga dapat mencoba pengelupas kulit berbahan kimia ringan seperti AHA atau BHA, yang menawarkan pengelupasan kulit terkontrol.

Sarung tangan eksfoliasi bisa menjadi pilihan yang baik karena memungkinkan pengelupasan kulit terkontrol dan dapat dicuci setelah digunakan. Sebagai alternatif, cobalah sikat tubuh dengan bulu sintetis, yang lebih mudah dibersihkan dan lebih cepat kering, sehingga mengurangi risiko bakteri.

Menggunakan alat yang aman dan non-abrasif dapat melindungi kulit Anda sekaligus tetap memberikan pembersihan yang efektif.