Suara derit paku yang diseret melintasi papan tulis.
Suara seruputan keras dari seseorang yang sedang minum teh.
Suara tetesan air terus-menerus dari langit-langit.
Apakah Anda merasakan sensasi ngeri dan aneh hanya dengan membayangkan suara-suara ini? Suara-suara tertentu dapat memicu siapa saja, tetapi beberapa orang sangat sensitif terhadapnya. Kepekaan yang meningkat ini dikenal sebagai misofonia.
Iritasi yang berisik
“Misophonia adalah kondisi yang ditandai dengan reaksi emosional yang intens, seperti kemarahan atau kecemasan, yang dipicu oleh suara-suara tertentu,” kata Dr. Neerja Aggarwal, psikolog PhD yang berbasis di Gurugram dan salah satu pendiri perusahaan rintisan kesehatan mental Emoneeds, kepada India Hari Ini.
Pakar tersebut menambahkan bahwa meskipun misophonia tidak secara resmi diklasifikasikan sebagai gangguan psikologis dalam manual diagnostik utama, ia memiliki kesamaan dengan kondisi seperti OCD (gangguan obsesif-kompulsif) dan PTSD (gangguan stres pasca-trauma) dalam respons emosional dan fisiologisnya.
Ditambah lagi, Dr. Keni Ravish Rajiv, konsultan senior, neurologi dan kepala epilepsi, Aster CMI Hospitals, Bengaluru, menyampaikan bahwa intensitas respons terhadap suara-suara tersebut dapat bervariasi dari siksaan emosional ringan hingga berat, dan kondisi tersebut dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup orang-orang yang terkena dampaknya.
“Kondisi ini tampaknya lebih umum terjadi pada wanita daripada pria,” sebut Dr. Rajiv.
Lebih lanjut, Dr. Aggarwal menjelaskan bahwa misophonia biasanya berkembang pada masa kanak-kanak atau awal remaja dan dapat memengaruhi individu dari segala usia.
“Hal ini relatif tidak umum tetapi tidak langka, dengan perkiraan yang menunjukkan bahwa sekitar 15-20 persen orang mengalami beberapa tingkat misophonia,” ungkapnya.
Penyebab dan gejala
Menurut Dr. Aggarwal, penyebab pastinya belum dipahami dengan baik tetapi diyakini melibatkan kombinasi faktor genetik, neurologis, dan lingkungan.
Sementara itu, gejala misophonia meliputi reaksi emosional yang kuat terhadap suara-suara tertentu, yang sering digambarkan sebagai ‘kemarahan’ atau ‘panik’.
- Reaksi ini bisa parah dan menimbulkan perilaku menghindar serta berdampak pada kehidupan sehari-hari.
- Selain reaksi emosional, respons fisik, respons perilaku, dan respons kognitif juga bisa menjadi gejala.
- “Pada kasus ringan, penderitanya mungkin merasa kesal atau tidak nyaman, tetapi masih dapat mengelola responsnya dan melanjutkan pengondisian mereka,” kata Dr. Rajiv.
- Dokter tersebut menambahkan, “Misophonia dapat menyebabkan orang menghindari situasi atau lingkungan tertentu, yang berdampak pada hubungan sosial dan rutinitas. Kasus kondisi yang parah dapat menyebabkan isolasi sosial, kesulitan dalam berhubungan, dan hambatan signifikan dalam pekerjaan. Dalam kasus yang ekstrem, individu dapat mengalami kecemasan atau depresi yang parah.”
Pemicu umum
Penting untuk dipahami bahwa pemicunya dapat sangat bervariasi dari orang ke orang. Namun, beberapa suara yang paling umum yang memicu reaksi kuat meliputi:
- Suara makan: Mengunyah, menyeruput, mendecakkan bibir, menelan ludah, dan mengunyah.
- Suara pernapasan: Bernapas keras, terisak, batuk, dan bersin.
- Suara berulang-ulang: Mengklik pena, mengetuk kaki, menjentikkan jari, dan berdetaknya jam.
- Suara mulut: Berbisik, menjilati bibir, dan menggertakkan gigi.
- Suara tubuh lainnya: Menggigit kuku, meretakkan buku-buku jari, dan berdeham.
- Suara lingkungan: Air menetes, suara ketikan keyboard, gemerisik kertas, dan klakson mobil.
- Jejak kaki: Berjalan di permukaan yang keras, terutama di lingkungan yang tenang.
- Suara binatang:Anjing menggonggong, kucing mengeong, dan burung berkicau.
Bagaimana cara mengendalikannya?
Para ahli merasa bahwa menangani misophonia bisa melelahkan, tetapi beberapa strategi dan perawatan dapat membantu mengurangi dampaknya, seperti menggunakan penyumbat telinga dan headphone peredam bising, menciptakan ruang yang tenang, dan mempraktikkan teknik relaksasi.
Meskipun misophonia mungkin tidak hilang secara permanen, penanganan kondisi tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup secara signifikan.
Jika Anda menderita misophonia
- Mengidentifikasi pemicu: Buatlah jurnal untuk mencatat suara mana yang memicu reaksi dan dalam situasi apa.
- Gunakan pelindung telinga: Mengelola suara-suara di sekitar dapat membantu mengurangi paparan terhadap suara-suara pemicu.
- Ciptakan ruang yang tenang: Tentukan area di rumah atau tempat kerja Anda di mana Anda dapat terbebas dari kebisingan tersebut.
- Berlatih teknik relaksasi:Pernapasan dalam, meditasi, dan relaksasi otot progresif adalah beberapa teknik yang dapat membantu mengelola stres yang terkait dengan misophonia.
- Mencari dukunganJangan malu untuk berbicara dengan teman, keluarga, atau kelompok pendukung, yang dapat memberikan kelegaan emosional.
- Pertimbangkan terapi: Terapi perilaku kognitif (CBT) atau terapi suara dengan terapis terlatih dapat membantu Anda mengembangkan strategi penanggulangan.
- Terbukalah: Pastikan orang-orang di sekitar Anda mengetahui kondisi Anda dan bagaimana mereka dapat mendukung Anda dengan meminimalkan suara-suara pemicu.
Jika orang yang Anda cintai menderita misophonia
“Bagi mereka yang tinggal dengan seseorang dengan misophonia, menunjukkan pengertian dan meminimalkan suara pemicu jika memungkinkan dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung,” kata Dr. Aggarwal.
Ingatlah bahwa komunikasi terbuka tentang kondisi dan dampaknya juga dapat menumbuhkan empati bersama dan strategi penanganan yang lebih baik. Anda juga perlu memahami bahwa reaksi mereka tidak disengaja dan cobalah untuk bersabar.
Selain itu, menghargai ruang pribadi juga dapat membantu. Beri mereka ruang saat mereka membutuhkannya, terutama jika mereka merasa kewalahan dengan suara-suara tertentu.
Terakhir, tunjukkan empati dan didik diri Anda sendiri. Pelajari lebih lanjut tentang misophonia untuk lebih memahami apa yang dialami orang terkasih Anda dan bagaimana Anda dapat mendukungnya.